Short Message for My Beloved Kids

Jangan pernah putus asa dengan hidupmu, karena Tuhan tidak pernah putus asa membentukmu!

Friday, April 25, 2008

Jalan-jalan Masuk Hutan

Memantau kehadiran anoa yang statusnya sudah endemik dan endangered ini sungguh tidak mudah. Keterangan dari penduduk setempat yang berprofesi sebagai informan bagi para pemerhati biodiversitas tentang keberadaan anoa di tempat sejauh 2 km dari pemukiman penduduk sungguh memacu semangat untuk mengunjungi lokasi tersebut. Syukur-syukur bisa melihat binatangnya juga.

Setelah menempuh 3 jam perjalanan dari kota Palu, melalui jalan yang berliku-liku yang kadang membuat mata saya musti ditutup supaya tidak terbayang kemungkinan yang ditakutkan (ban tergelincir, selip, longsor ......), alhamdulillah sampai juga ke base camp di wilayah desa Toro, dalam areal Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Hawanya sungguh sangat sejuk... berbeda dengan keadaan temperatur di kota Palu yang panas bagai disinari tujuh matahari kembar.....

Teman seperjalanan mengingatkan bahwa kita akan start jam 7 pagi supaya tidak terlalu panas nantinya di perjalanan. Dan bisa kembali sore harinya. Katanya sih lokasi dimana anoa masih sering terlihat jaraknya "cuma" 2 km jalan kaki dari pemukiman. Dalam hati sih oke-oke aja...tidak terlalu berat lah... Saya juga sudah sering keluar masuk desa dengan berjalan kaki.

Pagi hari jam 6 saya sudah siap, tapi bingung juga, mengapa teman-teman yang lain tidak pada mandi. Saya tanyakan perlu mandi dulu atau tidak nih... soalnya hawa yang dingin bikin males mandi juga sih.... Kata teman saya, tidak perlu mandi atau dandan wong cuman mau masuk hutan kok...mau mejeng ke siapa ? Boro-boro ketemu monyet atau dipeluk harimau..!! Asem bener... tapi meskipun saya cuma satu-satunya perempuan dalam rombongan, tidak sampai hati diri ini engga bebersih dulu. Akhirnya ku cuci muka, gosok gigi, pake lotion pelindung sinar matahari, sedikit cologne... Perlengkapan dokumentasi siap di tenteng, eh...siapa tau ketemu si anoa dan mau diajak foto bareng hehehe......

Teman-teman penunjuk jalan saya lihat juga cuma pake kaos lengan pendek, okelah..sama. Hmm...mereka pake sepatu boot, bawa tongkat juga. Malah si Amran bawa tongkat ski yang pernah dibawa oleh seorang peneliti dari Jerman yang juga ikut main ke hutan. Kupikir kayaknya ga perlu deh bawa-bawa tongkat, untuk apa gitu..... Belakangan baru saya tau bahwa tongkat itu dipakai untuk pegangan pada saat kita berjalan di lahan yang miring dan tidak ada batang pohon yang cukup dekat untuk kita pegang. Dan tongkat ski itu ternyata cukup sakti untuk dijadikan alat bantu, karena selain ringan juga ujungnya tajam, sehingga menancap cukup kuat di dalam tanah. Setengah kilometer pertama tidak ada masalah, lama-lama perjalanan makin menanjak.... tongkat ski dioper handel ke saya, karena badan yang "bangkok" ini sudah belasan kali kepeleset... Sepatu sneaker saya tidak cukup sakti untuk dibawa jalan ke hutan....bodohnya saya ini??!! Tadi waktu berangkat sudah ditawarin untuk pinjam sepatu boot, tapi saya tidak mau....


Istirahat dulu di area penebangan kayu, minum makan....jalan lagi.




Entah berapa kali tangan ini "dicolek" oleh batang-batang rotan yang berduri, celana tembus digigit serangga hutan semacam nyamuk. Herannya pak Husein si penunjuk jalan acuh saja seperti kebal dengan gigitan serangga2 itu...

Sering sekali saya ketinggalan beberapa ratus meter di meter. Sampai bingung, ini musti ke kiri atau ke kanan, karena jalan setapak tidak ada sedangkan di depan saya tebing dengan kemiringan sekitar 45 derajat.. Setelah teriak minta petunjuk, jawaban muncul dari atas saya.... Lewat sini, Bu...!! Masya Allah !! Bagaimana saya bisa sampai ke atas ??!! Tapi ternyata ada tekniknya. Hebat juga "mahkluk-mahkluk hutan" ini. Mungkin mata kuliah menerobos hutan nilai praktikumnya 6 sks sendiri ya...
Akhirnya dengan tanpa memikirkan bagaimana nanti saya bisa turun, sampai juga di suatu tempat yang agak flat. Maksudnya bisa untuk berdiri dengan tegak di kedua kaki saya. Ga perlu khawatir tergelincir. Teman-teman seperjalanan menanyakan kesanggupan saya untuk naik lagi. Saya ga sanggup deh... daripada nanti tidak bisa turun kembali. Akhirnya mereka terus melaju sampai ke kubangan dimana sering terlihat anoa minum disana sementara saya membuat "kubangan" sendiri dan duduk minum menanti mereka sambil mengatur kembali nafas yang hampir putus... Belum kebayang lalu gimanaaa...nanti turunnya. Mana hujan lagi...duuh....
But after all, sungguh suatu pengalaman yang sangat mengesankan. Bener...!!

Saturday, April 19, 2008

BOGOR - SEMARANG

Dua hari yang lalu saya bersama rombongan pulang dari Bogor ke Semarang usai menghadiri sidang ujian terbuka teman yang menyelesaikan pendidikan S3 nya di IPB. Tadinya saya ingin naik pesawat saja, karena menyadari badan ini sudah cukup lama "dipakai", sehingga jika menempuh jalan darat walahualam hasil akhirnya. Tetapi setelah dipacu menuju airport cengkareng, semua penerbangan terakhir ke Semarang sudah fullybooked (Mandala, Sriwijaya, bahkan untuk Garuda saya dicadangkan dengan urutan no tujuh !!) Yaah...entah saya yang kurang berpengalaman dalam memohon-mohon tiket khusus, atau memang tidak ada kursi kosong...sekalipun dipangku pilotnya sekalipun !! Sebab saya pernah mengalami teman saya entah bagaimana caranya, bisa mendapatkan kursi untuk berangkat meskipun di penjualan di bilang habis...bis...sold out.... Mungkin karena ybs bersedia memangku / dipangku pramugarinya ya ??
Terpaksa balik menghubungi rombongan yang waktu itu sedang menembus kemacetan tol jagorawi. Rasanya haruuu...banget, teman-teman masih berkenan menunggu saya bergabung. Karena tidak ada alternatif lain, mau naik travel sudah telat...armadanya sudah berangkat, naik kereta api juga sudah berangkat sejak jam lima sore. Naik bis malam saya yang tidak berani. Sedangkan saya malam itu juga harus kembali ke Semarang karena ibu saya jatuh sakit. Tekanan darah beliau naik hingga 180, lha kalau saya tidak segera pulang dikhawatirkan terjadi yang lebih buruk....
Sebagai satu-satunya anggota rombongan yang berstatus "female", saya "didudukkan" di bagian belakang mobil avanza rental yang masih baru ...(kayaknya....) karena plastik pembungkus masih ada di bagian-bagian tertentu. Lumayan juga untuk ukuran tubuh yang termasuk "bangkok" ini, karena kaki ketekuk-tekuk... Tapi alhamdulillah tubuh ini meskipun sudah umur menjelang uzur masih cukup elastis... Rasa bersyukur menjadi bertambah setelah rombongan beli oleh-oleh tape singkong dan aneka boneka besar yang bisa dijadikan bantal...
Sehingga tiap kali ada guncangan, bisa teredam oleh bantal-bantal kura-kura, buaya, pisang dll. Sempat terlontar juga komentar saya pada pak supir, jangan-jangan mobil ini tidak ada remnya, kok ada lubang gedhe di tengah jalan di hajar saja....??!! Mbok yo di rem, masuk persnelling satu njur jalan lagi.... Supirnya cuma ketawa aja...katanya berbagi rasa ngantuk....
Beberapa kali singgah di pom bensin untuk urusan metabolisme, selalu saja ada keluhan dari anggota rombongan, yang toiletnya mati lampu, yang katanya VVIP tapi airnya tidak ada, yang baunya luar binasa dll....padahal dikenakan charge... Total perjalanan Bogor - Semarang habis dana 10.000 rupiah untuk urusan metabolisme... Saya pikir sama saja dengan di luar negeri. Tiap kali masuk toilet atau rest room, kita dikenakan cleaning service charge...cumaaann...kalau disana lebih banyak yang bersih daripada yang bau...
Alhamdulillah, saat adzan subuh berkumandang rombongan sudah memasuki kota Semarang. Berakhirlah perjalanan 10 jam dengan selamat bersama rombingan. Saya disambut oleh anak-anak saya yang sudah siap berangkat sekolah. Melihat senyum mereka, badan yang rasanya hancur lebur ini jadi terlupakan pegelnya. Betullah bahwa ananda adalah penyemangat jiwa penyegar sukma orangtuanya.

Wednesday, April 02, 2008

PENELITIAN - - PUBLIKASI

Animal Welfare

Ibarat kertas putih yang masih bersih dan belum ada tulisan apa pun, seringkali dari sanalah penelitian untuk mendapatkan suatu informasi dibangun. Data dasar harus disiapkan sebaik seoptimal sekokoh mungkin agar perkembangan penelitian selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan akurasinya.

Kendala sering terjadi, faktor animal welfare perlu dipertimbangkan. Jika sudah terbentur disana, sulit sekali untuk mempublikasikan suatu penelitian yang sebetulnya sangat mendasari penelitian selanjutnya. Akibatnya informasi hanya berputar-putar di tempat yang itu-ituuuu....aja. Penelitian jadi tidak berkembang...
Belum lagi faktor birokrasi... capee deh....